spot_img

Herd Immunity Cara Hambat Covid-19, Benarkah lalu Resikonya?

kalseltoday.co.id, Kesehatan–Ramainya orang membincangkan Herb Immunity dikaitkan dengan penyembuhan Coronavirus Disease 19 (Covid-19), benarkah demikian lalu seperti apa resikonya?

Dikutip dari aladokter.com Herb Immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.  Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi.

Lalu apakah cara ini akan ditempuh pemerintah Indonesia dalam menanggulangi wabah virus yang berasal dari Wuhan, China ini.

Dilansir dari kompas.com, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan tidak akan memakai strategi herd immunity dalam penanganan virus ini.

“Pertanyaannya apakah kita pakai itu? Jawabannya tidak,” ujar Yuri seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (13/5/2020).

Banyak yang menilai bahwa Herd Immunity bisa menghambat penyebaran Covid-19, namun strategi dinilai memiliki resiko tinggi karena harus membiarkan orang terinfeksi dulu oleh virus tersebut, setidaknya 70 persen populasi harus terinfeksi terlebih dahulu, nah bisa dihitung sendiri kalo seumpama Inonesia menerapkan penyembuhan seperti ini, dengan total populasi sekitar kurang lebih 270 juta, maka setidaknya ada 189 juta orang harus terinfeksi virus ini agar bisa mendapatkan herd immunity, belum lagi resiko orang yang meninggal dunia, mungkin jumlahnya akan juta juga.

BACA  Covid-19 di Kalsel, Pasien Sembuh Bergerak Jadi 97 Kasus

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menentang konsep herd immunity sebagai obat mengatasi virus corona Covid-19.

Dikutip dari The Guardian “Manusia bukan herds (kumpulan ternak),” kata Direktur Eksekutif Program Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan Senin (18/5/2020).

Sampai dengan saat ini konsep imun tubuh bisa bekerja dalam menghadapi Covid-19 masih belum ada bukti.

Ahli epidemiologi di WHO Maria Van Kerkhove menyampaikan bahwa belum diketahui apakah orang-orang yang telah terkena Covid-19 bisa kebal terhadap virus tersebut dan seberapa lama kekebalan itu berjalan.

“WHO telah melihat beberapa hasil awal, beberapa studi pendahuluan, hasil pra-publikasi, di mana beberapa orang akan mengembangkan respons kekebalan,” ujar Maria Van Kerkhove seperti dikutip dari CNN International, Jumat (24/4/2020). “Kami tidak tahu apakah itu benar-benar memberikan kekebalan, yang berarti mereka benar-benar terlindungi.”

BACA  Bakeuda Banjarmasin Batasi Layanan Tatap Muka

Seperti kita ketahui saat ini cara terbaik yang bisa kital lakukan guna memutuskan rantai penularan Covid-19 adalah dengan cara menerapkan physical distancing, mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun minimal 20 detik kemudian menjaga stamina atau daya tahan tubuh, rutin berolahraga guna meningkatkan imun tubuh serta membatasi diri unutuk beraktifitas keluar rumah kalau pun keluar rumah gunakanlah masker.

Selanjutnya apabila mengalami demam dan batuk disertai dengan sesak napas, apalagi dalam 2 minggu atau 1 bulan terakhir pernah mengunjungi daerah endemis Covid-19, lakukanlah karantina atau isolasi mandiri atau hubungi nomor hotline Covid-19 yang ada di kota anda.

 

Editor : Abe

Facebook Comments
spot_img

Must Read

Related Articles